banner 728x250

Mengurus Merek Kolektif untuk UMKM — Panduan Lengkap & Praktis

banner 468x60

 

 

Mengurus Merek Kolektif untuk UMKM — Panduan Lengkap & Praktis

Update: 2025 • Panjang: ±3.000 kata • Waktu baca: ≈ 20–30 menit

Merek kolektif adalah alat strategis bagi kelompok UMKM untuk membangun identitas bersama, meningkatkan daya tawar, dan mempermudah pemasaran. Panduan ini menjelaskan secara rinci apa itu merek kolektif, keuntungan, syarat pendaftaran di DJKI, struktur organisasi, aturan pemakaian, model anggaran, penegakan hak, serta langkah praktis agar asosiasi UMKM Anda berhasil meluncurkan dan mengelola merek kolektif.


Ringkasan singkat — apa yang akan Anda pelajari

  • Definisi & manfaat merek kolektif untuk UMKM
  • Syarat administratif & teknis pendaftaran di DJKI
  • Contoh struktur organisasi & mekanisme pengelolaan merek kolektif
  • Contoh aturan penggunaan (policy) dan anggaran dasar
  • Alur pendaftaran langkah-demi-langkah
  • Strategi enforcement dan monetisasi

A. Apa itu Merek Kolektif dan Kenapa UMKM Membutuhkannya?

Merek kolektif adalah tanda yang digunakan bersama oleh anggota suatu asosiasi, koperasi, atau kelompok usaha untuk menunjukkan asal, kualitas, metode produksi, atau karakteristik tertentu yang sama. Bukan milik satu perusahaan, melainkan milik kelompok — namun pendaftaran dan pengelolaannya dilakukan atas nama entitas (asosiasi/koperasi) sebagai pemegang hak.

Manfaat utama bagi UMKM:

  • Kekuatan merek bersama: produk dari banyak pelaku kecil dapat dikenali satu identitas, meningkatkan trust konsumen.
  • Skala pemasaran yang lebih besar: biaya promosi dibagi, peluang masuk pasar modern & ekspor meningkat.
  • Standarisasi & kualitas: merek kolektif mendorong standar mutu & praktik produksi bersama.
  • Perlindungan hukum: hak dijaga secara kolektif sehingga memudahkan tindakan hukum terhadap pelanggar.

B. Siapa yang Bisa Mengajukan Merek Kolektif?

Biasanya yang dapat mengajukan adalah badan/organisasi yang mewakili sekelompok pelaku usaha, misalnya:

  • Koperasi (koperasi produsen)
  • Asosiasi pengrajin/petani/pelaku usaha (paguyuban)
  • Kelompok usaha desa (BUMDes, kelompok ekonomi lokal)

Penting: pemohon harus dapat membuktikan struktur organisasi, aturan internal, dan mekanisme kontrol kualitas yang akan menjamin konsistensi penggunaan merek kolektif.


C. Apa Saja yang Harus Disiapkan Sebelum Daftar?

Persiapan matang mengurangi risiko penolakan. Berikut checklist pra-pendaftaran:

  1. Legalitas organisasi: akta pendirian asosiasi/koperasi & SK Kemenkumham atau bukti pendaftaran organisasi.
  2. Anggaran dasar / peraturan penggunaan merek kolektif: aturan siapa yang boleh memakai, syarat kualitas, mekanisme pengawasan, denda, dan prosedur anggota baru/keluar.
  3. Contoh merek: desain logo, warna, format label/kemasan.
  4. Daftar anggota awal: identitas anggota, alamat produksi, produk yang akan memakai merek.
  5. Standar kualitas & SOP produksi: dokumen yang menjelaskan parameter mutu, proses produksi, atau sertifikasi yang relevan (mis. organik, SNI).
  6. Sistem kontrol & audit: jadwal pemeriksaan, penanggung jawab mutu, dan mekanisme penegakan internal.

D. Langkah-langkah Praktis Mengurus Merek Kolektif (Alur Pendaftaran)

Berikut alur praktis dari persiapan hingga pendaftaran di DJKI:

  1. Rapat pembentukan — anggota asosiasi setuju membentuk merek kolektif; tetapkan pengurus.
  2. Susun Anggaran Dasar & Peraturan Penggunaan Merek — dokumen wajib yang menjelaskan tata kelola merek kolektif.
  3. Siapkan artefak merek — logo, label, warna, varian penggunaan (ukuran, warna alternatif).
  4. Dokumen pendukung — akta organisasi, daftar anggota, SOP kualitas, surat pernyataan kesanggupan.
  5. Cek ketersediaan & similarity check di PDKI/DJKI — pastikan tidak ada merek terdaftar mirip di kelas yang sama.
  6. Ajukan permohonan pendaftaran ke DJKI (PDKI Online) atas nama asosiasi/koperasi; pilih kelas barang/jasa sesuai produk anggota.
  7. Pemeriksaan formal & publikasi — DJKI akan memeriksa kelengkapan; publikasi memungkinkan pihak ketiga mengajukan keberatan.
  8. Pemeriksaan substantif — jika lolos, sertifikat merek kolektif akan diterbitkan; jika ada keberatan, lakukan pembelaan/negosiasi.

Hak eksklusif akan berlaku untuk merek kolektif pada kelas yang didaftarkan dan dikelola oleh badan pemegang hak (asosiasi/koperasi).


E. Menyusun Peraturan Penggunaan Merek Kolektif — Contoh Pokok Aturan

Peraturan penggunaan merek kolektif harus detail karena menjadi dasar administratif & hukum internal. Komponen penting:

  • Syarat keanggotaan: kriteria produk, lokasi produksi, dan dokumen yang harus diserahkan.
  • Standar kualitas: parameter mutu (bahan baku, ukuran, rasa, proses produksi).
  • Prosedur audit & sampling: frekuensi audit, bentuk laporan, sanksi bila tidak memenuhi.
  • Labeling & packaging rules: contoh label, ukuran logo, posisi logo pada kemasan.
  • Perjanjian lisensi internal: hak penggunaan untuk anggota, biaya lisensi (jika ada), mekanisme pembayaran.
  • Pemutusan hubungan anggota: proses dan konsekuensi jika anggota melanggar aturan.

Contoh singkat klausul:

“Anggota yang ingin menggunakan merek kolektif wajib lulus audit mutu tahunan, membayar iuran pengelolaan merek yang ditetapkan, dan tidak diperkenankan mentransfer hak penggunaan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari pengurus asosiasi.”


F. Memilih Kelas Pendaftaran & Penentuan Cakupan

Pilih kelas (Nice Classification) yang mewakili produk anggota. Strategi yang umum dipakai:

  • Daftarkan kelas inti dulu (mis. makanan olahan, kerajinan tangan), lalu tambahkan kelas lain saat ekspansi.
  • Jika produk bervariasi, daftarkan beberapa kelas sekaligus agar hak lebih luas.
  • Perhatikan kata kunci deskriptif: uraikan barang/jasa dengan jelas namun tidak terlalu sempit agar perlindungan fleksibel.

G. Biaya, Estimasi Waktu & Dokumen yang Diupload

Biaya pendaftaran merek kolektif biasanya mengikuti tarif DJKI (per kelas) ditambah biaya pengurusan jika menggunakan konsultan. Estimasi waktu umum:

  • Persiapan dokumen internal: 2–6 minggu (tergantung kesiapan asosiasi).
  • Pendaftaran & pemeriksaan formal: 1–3 bulan.
  • Pemeriksaan substantif & publikasi: 6–18 bulan (tergantung keberatan atau revisi).

Dokumen yang biasanya diunggah:

  • Akta pendirian & NPWP asosiasi/koperasi
  • Peraturan penggunaan merek kolektif / anggaran dasar (disahkan)
  • Contoh logo & label (file JPG/PNG sesuai ketentuan)
  • Daftar anggota pemohon awal dan produk contoh
  • Surat pernyataan pengurus mengenai mekanisme kontrol kualitas

H. Strategi Pemasaran & Go-to-Market untuk Merek Kolektif

Merek kolektif sukses bila didukung strategi pemasaran yang terkoordinasi:

  • Peluncuran bersama: event, bazar, atau festival lokal untuk memperkenalkan merek.
  • Packaging & label konsisten: desain kemasan standar untuk visibility di pasar modern & marketplace.
  • Marketplace bersama & offline retailer: membentuk storefront bersama di e-commerce dan ritel lokal.
  • Storytelling & sertifikasi: manfaatkan narasi asal-usul, SNI, organik, atau sertifikat geografis untuk diferensiasi.

I. Enforcement & Penanganan Pelanggaran

Merek kolektif rentan disalahgunakan; langkah penanganan ideal:

  1. Pencegahan internal: audit berkala, edukasi anggota, dan sangsi tegas untuk pelanggar.
  2. Pengawasan pasar: monitor marketplace & distributor untuk mendeteksi pemakaian ilegal.
  3. Somasi & penyelesaian administratif: kirim peringatan resmi melalui pengurus / kuasa hukum.
  4. Langkah hukum: bila perlu, ajukan gugatan perdata atau laporkan ke DJKI untuk tindakan administratif.

Dokumentasi penggunaan dan bukti pelanggaran (foto produk, listing marketplace, nota penjualan) sangat penting saat enforcement.


J. Contoh Struktur Organisasi & Peran Pengurus Merek Kolektif

Struktur sederhana yang efektif untuk asosiasi pengelola merek kolektif:

Jabatan Peran Utama
Ketua / Direktur Visi merek, keputusan strategis, hubungan eksternal
Manajer Mutu Audit mutu, standar produksi, sertifikasi
Manajer Pemasaran Branding, kampanye, marketplace
Manajer Keanggotaan Penerimaan anggota, iuran, catatan anggota
Bendahara Keuangan, iuran, laporan keuangan

K. Contoh Sederhana Klausul dalam Anggaran Penggunaan

Berikut contoh klausul singkat untuk dimasukkan ke peraturan penggunaan merek kolektif:

  1. Hak penggunaan: “Anggota yang telah lulus audit berhak menggunakan logo [NAMA MEREK KOLEKTIF] pada produk yang memenuhi standar.”
  2. Iuran: “Anggota wajib membayar iuran tahunan sebesar X untuk pendanaan pemasaran dan audit.”
  3. Sanksi: “Pelanggaran penggunaan akan dikenai teguran tertulis, denda administratif, dan/atau pencabutan hak penggunaan.”
  4. Perubahan aturan: “Perubahan peraturan disahkan oleh rapat anggota dengan minimal kuorum 2/3 suara.”

L. Studi Kasus Singkat — Merek Kolektif Desa (Contoh Hipotetis)

Desa X membentuk koperasi pengrajin anyaman dengan merek kolektif “AnyamX”. Setelah 1 tahun pengelolaan bersama:

  • Pendaftaran merek kolektif memudahkan pemasaran ke toko suvenir wisata—penjualan meningkat 40%.
  • Pengenaan standar kualitas menurunkan keluhan pelanggan 60% dan meningkatkan rating di marketplace.
  • Koperasi berhasil menjalin kerja sama dengan satu pengepul yang membeli dalam jumlah besar.

M. Kesalahan Umum & Cara Menghindarinya

  • Tidak punya peraturan penggunaan yang jelas: buat aturan detail sejak awal.
  • Kurang kontrol mutu: terapkan audit rutin & training produksi.
  • Salah pilih kelas merek: konsultasikan klasifikasi merek agar cakupan hak cukup.
  • Terlalu cepat ekspansi: pastikan kapasitas produksi anggota mencukupi permintaan.

FAQ — Pertanyaan Umum (5)

1. Apakah merek kolektif hanya untuk koperasi?

Tidak. Merek kolektif bisa diajukan oleh asosiasi, paguyuban, koperasi, atau badan lain yang mewakili sekelompok pelaku usaha. Yang penting adalah ada struktur organisasi & aturan penggunaan merek.

2. Siapa yang bertanggung jawab jika satu anggota melanggar penggunaan merek?

Secara internal, asosiasi/pemegang merek menerapkan sanksi sesuai peraturan penggunaan (teguran, denda, pencabutan hak). Secara eksternal, pemilik merek kolektif (asosiasi) dapat mengambil langkah hukum terhadap pihak yang menyalahgunakan merek.

3. Apakah merek kolektif bisa diperdagangkan oleh anggota?

Anggota dapat menjual produk berlabel merek kolektif selama mematuhi peraturan penggunaan. Jika lisensi komersial diperlukan, asosiasi dapat menyusun perjanjian lisensi yang mengatur pembagian hasil atau royalty.

4. Berapa lama proses pendaftaran merek kolektif?

Secara umum proses pendaftaran merek di DJKI memakan waktu antara 12–18 bulan untuk penerbitan sertifikat, tergantung apakah ada keberatan atau kebutuhan klarifikasi. Persiapan internal bisa menambah waktu.

5. Apakah merek kolektif bisa diperpanjang atau ditambah kelasnya?

Ya. Sertifikat merek kolektif berlaku 10 tahun sejak tanggal penerimaan dan dapat diperpanjang. Selain itu asosiasi dapat mengajukan permohonan tambahan kelas bila ingin memperluas jangkauan barang/jasa.


Internal & External Link yang Direkomendasikan


Butuh Pendampingan Merek Kolektif untuk UMKM Anda?

Valqis menawarkan layanan end-to-end pengurusan merek kolektif: konsultasi struktur organisasi, penyusunan peraturan penggunaan, verifikasi standar mutu, pengajuan pendaftaran di DJKI, monitoring publikasi, dan pendampingan enforcement. Kami membantu asosiasi, koperasi, dan kelompok UMKM agar merek kolektif tidak hanya terdaftar tetapi efektif dipakai dan bernilai komersial.

Disclaimer: Panduan ini bersifat informatif. Ketentuan pendaftaran & tarif DJKI dapat berubah; selalu cek situs resmi DJKI/PDKI atau konsultasikan dengan konsultan HKI profesional.

© Valqis — Pendamping Legalitas & HKI untuk UMKM. valqis.co.id



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *